6. Bertahap
Seorang guru harus menyampaikan materi pelajaran secara urut, tidak
meloncat-loncat. Ketika mengajar, guru harus arif dan bijaksana. Jangan
memberikan semua pengalaman dan ilmu kepada peserta didik dalam satu
kesempatan. Namun guru harus memberikan pengalaman dan ilmu sedikit demi
sedikit agar siswa bisa
menerimanya dengan baik. Sebab jika diberikan sekaligus akan mudah
hilang. Pemberian materi secara bertahap ini layaknya peristiwa turunnya
Alquran. Alquran diturunkan selama 23 tahun, tidak langsung 30 juz
dalam sehari. Hal ini untuk memudahkan Nabi dan para sahabat memahami
secara bertahap ajaran yang diturunkan Allah melalui Alquran.
7. Mempunyai variasi pendekatan
Dalam proses belajar-mengajar, seorang guru harus mempelajari banyak
pendekatan pengajaran. Dengan menguasai pendekatan pengajaran yang
banyak, proses belajar-mengajar dapat berjalan secara variatif, tidak
monoton dan selalu segar. Seorang guru bisa menggunakan beberapa
pendekatan dalam proses belajar-mengajar yaitu, ceramah, dialog
interaktif, micro teaching, klub diskusi, small groups,
dan menggolongkan murid. Bila seorang guru hanya fanatik pada satu
pendekatan saja, maka siswa akan merasa bosan dan lelah. Para siswa akan
menganggap pembelajaran berlangsung secara monoton, tidak menarik, dan
selalu membebani pemikiran, sehingga mereka tidak konsentrasi terhadap
materi yang disampaikan.
8. Tidak memalingkan materi pelajaran
Dalam mengajar, seorang guru harus berkonsentrasi penuh pada satu
arah, satu target, dan satu tujuan yang dicanangkan, sehingga hasilnya
bisa maksimal. Untuk itu, guru harus membuat rencana pembelajaran,
target pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Selain itu, guru juga
perlu memiliki catatan pribadi yang memuat materi yang telah
disampaikan, pertanyaan-pertanyaan siswa yang belum terjawab, dan
hal-hal lain yang menyangkut materi pelajaran yang disampaikan.
9. Tidak terlalu menekan dan memaksa
Seorang guru harus berusaha untuk mengajar secara alami, tidak
terlalu menekan dan memaksa siswa. Sebab bila guru memaksa dan menekan
siswa, efeknya tidak positif bagi perkembangan psikologisnya. Seorang
guru harus bisa menyelami psikologis anak didik, memberikan materi
secara mengalir sesuai falsafah air yang mengalir secara pelan, mampu
menerobos hal-hal sulit dan merobohkan hal-hal besar dengan ketekunan,
kerajinan dan kesungguhan. Bila ada
tekanan dan paksaan maka kegiatan belajar-mengajar tidak bisa berjalan
menyenangkan. Idealisme seorang guru harus ditunjang dengan kearifan,
kebijaksanaan, dan kecerdasan dalam membangkitkan semangat belajar
siswa. Guru harus bisa merekayasa suasana, sehingga secara tidak terasa
anak didik yang justru berinisiatif meminta guru menambah dan
melanjutkan pelajaran. Disinilah letak kesuksesan guru, inisiatif dating dari siswa, bukan dari guru.
10. Humoris tapi serius
Salah satu ciri guru ideal
adalah berwatak dinamis, kompetitif, tapi juga humoris. Di tengah
kepenatan pikiran, keletihan fisik, dan kebosanan berpikir, humor sangat
diperlukan. Dengan selera humor yang tinggi, seorang guru bisa memecah
suasana yang menjenuhkan, menghilangkan kepenatan dan menyegarkan
pikiran siswa. Setelah kepenatan dan keletihan siswa hilang, guru bisa
memulai pelajaran. Namun humor tidak boleh berlebihan apalagi sampai
mengganggu konsentrasi lingkungan belajar. Humor ini bukan tujuan tapi
sekedar alat untuk menyegarkan pikiran dan menghilangkan kepenatan
berpikir. Seorang guru bisa memberikan humor-humor yang mendidik yang
bisa menggugah semangat belajar, memberikan motivasi dan inspirasi para
siswa agar memiliki cita-cita yang tinggi.
Sepuluh indikator guru ideal dan inovatif tersebut sangat penting
dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam rangka
mempersiapkan anak didik yang siap bersaing dalam kompetisi terbuka di
era global saat ini dan yang akan dating.
Sumber: Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif, Jogjakarta: 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar