Pages

Senin, 23 Desember 2013

Perguruan Tinggi Islam dan Pembangunan Bangsa

Oleh : Amich Alhumami

KITA semua mengakui perguruan tinggi Islam merupakan salah satu aset yang sangat berharga dan telah memainkan peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat serta memberikan sumbangan besar dalam pembangunan bangsa. Salah satu sumbangan sangat berharga perguruan tinggi Islam ialah memberikan layanan pendidikan bagi masyarakat, yang menghasilkan orang-orang terpelajar dalam jumlah besar yang kemudian menjelma menjadi kelompok kelas menengah.

Kalangan terdidik dari kelas menengah muslim ini telah membentuk suatu lapisan sosial baru di dalam masyarakat yang berperan penting dalam mendorong, bahkan menjadi penggerak utama proses transformasi sosial budaya menuju masyarakat modern. Merekalah yang secara konsisten menyuarakan gagasan-gagasan pembaruan dan mendorong Indonesia berkembang menjadi bangsa yang maju, modern, dan bermartabat.

Transformasi kelembagaan

Peran perguruan tinggi Islam dalam upaya memajukan masyarakat Indonesia bisa dilacak sejak masa awal kemerdekaan, yakni pada 1950an ketika lembaga pendidikan tinggi Islam mulai didirikan seperti Sekolah Tinggi Islam (STI), Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN), dan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA), sampai kemudian berkembang menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN).

Ketika IAIN mengalami perkembangan pesat dan mampu menjadi lembaga pendidikan tinggi Islam yang maju dan modern, beberapa di antaranya kemudian berubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN), seperti UIN Syarif Hidayatullah-Ciputat, UIN Sunan Kalijaga-Yogyakarta, UIN Sultan Kasim-Pekanbaru, UIN Alauddin-Makassar, UIN Sunan Gunung Djati-Bandung, UIN Ar-Raniry-Banda Aceh.

Transformasi IAIN menjadi UIN memiliki makna penting yang bertujuan memenuhi tuntutan masyarakat dengan cara memperluas dan mengembangkan bidang-bidang keilmuan umum. Setelah mengalami transformasi kelembagaan, UIN kemudian mengembangkan programprogram studi umum: sains dan teknologi, fisika, kimia, biologi, matematika, farmasi, teknik, bahkan kedokteran dan kesehatan masyarakat.

Perkembangan mutakhir ini sesungguhnya merupakan ikhtiar perguruan tinggi Islam untuk merespons tantangan kemodernan, yang menuntut tersedianya sarjana-sarjana yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis. Dengan mengembangkan sains dan teknologi, perguruan tinggi Islam sejatinya sedang berikhtiar untuk menemukan kembali jangkar keilmuan yang pernah menandai masa keemasan Islam pada abad-abad yang silam.

Sejarah mencatat, abad ke-8 sampai ke-15 dunia Islam berhasil mengukir prestasi gemilang dalam pengembangan sains, teknologi, dan filsafat, yang kemudian membawa pengaruh besar pada munculnya zaman pencerahan di Eropa. Pada masa-masa tersebut, para ilmuwan muslim berhasil membangun suatu tradisi intelektual dan mendominasi hampir semua cabang ilmu pengetahuan. Bahkan masyarakat Barat berutang kepada ilmuwan muslim yang telah menerjemahkan ke dalam bahasa Arab karya-karya para pemikir Yunani kuno di bidang sains dan filsafat, yang kemudian diadopsi oleh bangsa Barat.

Melalui dunia Islam, mereka mendapat akses untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan modern. Tak mengherankan bila kita menjumpai banyak ilmuwan muslim yang berpengaruh besar pada perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan di abad pertengahan seperti AlRazi (kedokteran), Al-Haitham (teknik), Abul Abbas (botani), Omar Khayyam dan Al-Bitruji (astronomi), atau Al-Khawarizmi (matematika). Bahkan istilah algoritma atau aljabar diambil dari buku terkenal karangan Al-Khawarizmi berjudul Al Jabr wa al-Muqabilah. Dalam konteks ini, perguruan tinggi Islam jelas mem punyai tanggung jawab besar untuk menemukan kembali spirit pencarian dan pengembangan ilmu pengetahuan, serta memelihara, menyebar, dan menumbuhkembangkan warisan intelektual berupa karya-karya ilmiah dari para ilmuwan muslim terdahulu.

Integrasi bidang keilmuan

Kita perlu menyambut gembira inisiatif UIN untuk membuka program studi dan menawarkan bidang keilmuan di luar kajian ilmu-ilmu keis laman seperti sains dan keteknikan. Namun, untuk mendukung upaya pengembangan program studi baru tersebut, UIN harus memperkuat kapasitas kelembagaan sejalan dengan perluasan mandat dalam pengembangan keilmuan sebagaimana yang telah dirancang.

Dalam perspektif demikian, UIN memiliki posisi penting dan strategis yang bertugas untuk menginte grasikan bidang keilmuan umum (sains dan teknologi) dan ilmu-ilmu keislaman. Dengan demikian, salah paham atau pandangan keliru yang selama ini berkembang di masyarakat mengenai adanya pemisahan di antara kedua bidang keilmuan tersebut secara perlahan dapat dihapuskan.

Untuk itu, UIN harus menjadi pelopor lahirnya ilmuwan-ilmuwan baru yang mempunyai wawasan komprehensif dan integral, bahwa ilmu pengetahuan itu sejatinya tidak bisa dipilah antara `ilmu sekuler’ yang berada di bawah otoritas perguruan tinggi umum dan `ilmu Islam’ yang berada di bawah otoritas perguruan tinggi Islam. UIN diharapkan mampu mengintegrasikan bidang-bidang keilmuan tersebut sehingga tak ada lagi dikotomi di antara keduanya.

Lebih dari itu, UIN harus dikembang kan menjadi universitas berkelas (center of excellence) sekaligus pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang menjadi basis pembangunan peradaban bangsa. Dalam hal ini, UIN bisa mencontoh dan merujuk, misalnya, Universitas Iskandariyah di Mesir yang sangat masyhur i itu, karena menjadi lembaga pendidikan tinggi berkualitas dengan tradisi akademik yang sangat mengagumkan.

Peran IAIN/UIN

Seiring dengan makin berkembangnya lembaga pendidikan tinggi Islam, pemerintah seyogianya terus mendorong agar IAIN dan UIN dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga dapat memainkan peran secara maksimal dalam pembangunan bangsa. Dalam konteks pembangunan bangsa, pemerintah juga bisa menaruh harapan kepada perguruan tinggi Islam paling kurang untuk tiga hal.

Pertama, menjadi institusi transmisi ilmu pengetahuan dengan memadukan antara ilmu-ilmu keislaman, sains, dan teknologi, yang memberi manfaat bagi masyarakat dan mendorong kemajuan bangsa di masa depan.

Kedua, menjadi ujung tombak gerakan pembaruan pemikiran Islam sebagai respons atas dinamika modernisasi, dengan tetap berpijak pada tradisi dan khazanah pemikiran Islam klasik seperti anjuran ulama klasik, `Al-Mukhafadhatu ala al-Qadim al-Shalih, wa al-Akhdu bi al-Jadid al-Ashlah’, yang bermakna memelihara tradisi lama yang baik, mengambil pemikiran baru yang lebih baik.

Ketiga, menjadi lembaga perantara atau makelar budaya (cultural broker) guna memandu masyarakat menyongsong perubahan sosial budaya agar tetap berada dalam bingkai Islam sehingga masyarakat muslim dapat mengapresiasi modernitas zaman tanpa harus kehilangan identitas keislaman.

Sumbangan penting

Disadari sepenuhnya bahwa peran perguruan tinggi Islam sangat penting dan strategis bagi kemajuan bangsa umumnya dan masyarakat muslim khususnya. Untuk itu, kita harus memperkuat landasan pembangunan pendidikan tinggi Islam, terutama dalam hal menanamkan akhlak mulia dan moralitas publik, serta memupuk etika kerja untuk mencapai prestasi tinggi dan semangat meraih kemajuan. Nilai-nilai esensial ini penting diinternalisasi oleh komunitas perguruan tinggi Islam.

Karena itu, insan-insan pengelola lembaga pendidikan tinggi Islam dituntut untuk bekerja keras dalam meningkatkan kualitas pendidikan tinggi sehingga umat Islam dapat memberi sumbangan berharga dalam upaya mendorong kemajuan bangsa di masa depan. Sumbangan terpenting kepada bangsa ialah ketika lembaga pendidikan tinggi Islam mampu melahirkan sarjana-sarjana berkualitas sehingga dapat menjadi modal dasar bagi pembangunan nasional.

Kita semua memberi penghargaan yang tinggi atas sumbangan besar perguruan tinggi Islam dalam membangun pendidikan bagi masyarakat dengan memberi perhatian dan berfokus pada penguatan nilai dan budaya Islam serta pendalaman ilmu-ilmu keislaman. Masyarakat muslim memang perlu memelihara warisan ilmu-ilmu keislaman yang demikian kaya dan perlu terus dikembangkan untuk menjadi identitas dan karakteristik yang khas bagi perguruan tinggi Islam. Namun, sejalan dengan kemajuan dan kemodernan, kita perlu menyadari tuntutan masyarakat yang juga terus berkembang, yakni perlunya membangun lembaga perguruan tinggi Islam, yang bukan hanya kuat di bidang kajian keislaman, melainkan juga mampu mengembangkan sains dan teknologi.

* Amich Alhumami ;   Antropolog-Penekun Kajian Pendidikan; Bekerja di Direktorat Pendidikan, Bappenas
Sumber: MEDIA INDONESIA, 04 November 2013

Efektifkah Terus Menerus Merombak Kurikulum tanpa Didahului Perombakan Kualitas Pendidiknya?


Jawaban oleh Amir Tengku Ramly



Merombak kurikulum dahulu atau meningkatkan kualitas pendidiknya dahulu? Secara teori manajemen strategik harus disiapkan dulu Sumber Daya Manusianya baru sistemnya. Tetapi kalau dilihat dari perkembangan dan kemajuan pendidikan, era hari ini adalah era sistem, era kualitas Sumber Daya Manusia mestinya sudah dilalui 15 tahun yang lalu.
Indonesia tertinggal dua-duanya, kualitas guru masih buruk, sistem juga masih trial and error. Jika kurikulum terus menerus mengalami perombakan tanpa diimbangi peningkatan kualitas SDM gurunya, jelas tidak efektif, bahkan cenderung akan menambah pemborosan biaya dan menambah praktek KKN dalam rangka mencapai profesionalitas. Mungkin ini masalah terbesar pendidikan kita, sesulit menentukan ‘telur dulu apa ayam dulu’? kurikulum dulu atau kualitas SDM dulu.
Mungkin kemendiknas harus bekerja keras, cerdas dan ikhlas untuk mensinergikan keduanya. Keduanya dapat berjalan berbarengan dengan membuat target-target yang berkesinambungan dari tahun ke tahun. Program peningkatan kompetensi guru harus menjadi program menyeluruh dan berkelanjutan, sedangkan penerapan kurikulum dapat dilakukan bertahap disesuaikan kompetensi yang sudah dimiliki oleh SDM pendidikan Indonesia
Salam Mulia Guru Indonesia
@amirtengkuramly
Motivator Pendidikan Indonesia

Minggu, 22 Desember 2013

Tips Menjadi Guru Profesional

Menjadi guru profesional bukan perkara mudah. Seorang guru harus belajar keras dan menguasai sejumlah kemampuan dasar untuk bisa menjadi guru profesional. Guru professional diharapkan bisa menjadi teladan bagi guru yang lain dalam mengembangkan kompetensi dan potensinya di semua bidang kehidupan. Menurut Oemar Hamalik, seorang guru harus menguasai beberapa kemampuan dasar yaitu:
Kemampuan menguasai bahan
Seorang guru harus menguasai bahan bidang studi dan kurikulum sekolah, dan menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang studi. Dalam penguasaan bahan studi dan kurikulum, seorang guru harus mengkaji bahan kurikulum bidang studi, mengkaji isi buku-buku teks bidang studi yang bersangkutan, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang disarankan dalam kurikulum bidang studi yang bersangkutan. Sementara, dalam penguasaan bahan pendalaman, guru harus mempelajari ilmu yang relevan, mempelajari aplikasi bidang ilmu ke dalam bidang ilmu lain, dan mempelajari cara menilai kurikulum bidang studi.
Kemampuan mengelola program belajar-mengajar
Kemampuan ini terdiri atas beberapa hal, yaitu merumuskan tujuan instruksional, mengenal dan menggunakan metode mengajar, memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat, melaksanakan program belajar mengajar, mengenal kemampuan anak didik, dan merencanakan serta melaksanakan pengajaran remedial.
Kemampuan mengelola kelas dengan pengalaman belajar
Kemampuan ini meliputi; mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran dan menciptakan iklim belajar-mengajar yang serasi. Dalam mengatur tata ruang kelas guru harus mempelajari macam-macam pengaturan tempat duduk dan setting ruangan kelas sesuai dengan tujuan-tujuan instruksional yang ingin dicapai, dan mempelajari criteria penggunaan macam-macam pengaturan tempat duduk. Sedangkan dalam menciptakan iklim belajar guru harus mempelajari faktor-faktor yang mengganggu iklim belajar mengajar yang serasi, mempelajari strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat preventif, berlatih menggunakan strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat kuratif, dan berlatih menggunakan prosedur pengelolaan kelas yang bersifat kuratif.
Kemampuan menggunakan media/sumber dengan pengalaman belajar
Kemampuan ini meliputi; mengenal, memilih, dan menggunakan media, membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana, menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar, mengembangkan laboratorium, menggunakan laboratorium dalam proses belajar-mengajar, dan menggunakan micro teaching unit dalam program pengalaman lapangan.
Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan dengan pengalaman belajar
Kemampuan ini meliputi; mempelajari konsep dan masalah pendidikan dan pengajaran dengan sudut tinjauan sosiologis, filosofis, histris, dan psikologis, dan mengenali fungsi sekolah sebagai lembaga sosial yang secara professional dapat memajukan masyarakat dalam arti luas serta pengaruh timbal balik antara sekolah dengan masyarakat.
Kemampuan mengelola interaksi belajar-mengajar dengan pengalaman belajar
Kemampuan ini meliputi; mempelajari dan berlatih cara-cara memotivasi siswa untuk belajar, mempelajari dan berlatih macam-macam bentuk pertanyaan secara tepat, mempelajari beberapa mekanisme psikologis belajar-mengajar di sekolah, mengkaji faktor-faktor positif dan negative dalam proses belajar, mempelajari dan berlatih cara-cara berkomunikasi antar pribadi.
Kemampuan menilai prestasi siswa dengan pengalaman belajar
Kemampuan ini meliputi; mempelajari fungsi penilaian, mempelajari dan berlatih macam-macam teknik dan prosedur penilaian, mempelajari dan berlatih kriteria pemilihan teknik dan prosedur penilaian, berlatih mengolah dan menginterpretasi hasil penilaian, dan berlatih menggunakan hasil-hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar, serta berlatih menilai efektivitas program pengajaran.
Kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan dengan pengalaman belajar
Kemampuan ini meliputi; mengenal fungsi dan program layanan dan penyuluhan di sekolah seperti mempelajari fungsi bimbingan dan penyuluhan di sekolah, mempelajari program layanan di sekolah, dan mengkaji persamaan dan perbedaan fungsi, kewenangan, serta tanggung jawab antara guru dan pembimbing sekolah. Kedua menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah seperti berlatih mengindentifikasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa, dan berlatih menyelanggarakan program layanan bimbingan di sekolah, terutama bimbingan belajar.
Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah dengan pengalaman belajar
Kemampuan ini meliputi; mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah seperti mempelajari struktur organisasi dan administrasi sekolah, mempelajari fungsi dan tanggung jawab administrasi guru, kepala sekolah, dan kantor wilayah dinas pendidikan, dan mempelajari peraturan-peraturan kepegawaian khususnya kepegawaian guru. Kedua menyelenggarakan administrasi sekolah seperti berlatih menyelenggarakan administrasi sekolah dan mempelajari prinsip-prinsip dan prosedur pengelolaan program akademik.
Kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran
Kemampuan ini meliputi; mempelajari dasar-dasar penggunaan metode ilmiah dalam penelitian pendidikan, mempelajari teknik dan prosedur penelitian pendidikan terutama sebagai konsumen hasil-hasil penelitian pendidikan, dan menafsirkan hasil-hasil penelitian untuk perbaikan pengajaran.[]
Sumber: Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif, Jogjakarta: 2009

Guru Kunci Utama Masalah Pendidikan di Indonesia

Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan menilai guru merupakan ujung tombak masalah kualitas pendidikan di Indonesia. Menurutnya, bila kunci utama masalah ini dapat terselesaikan maka dunia pendidikan Indonesia akan lebih baik.
Ia mengemukakan ada tiga masalah terkait guru di Indonesia yaitu distribusi penempatan guru yang tidak merata, kualitas guru yang juga tidak merata, serta kesejahteraan guru yang tidak memadai.
“Bila masalah ini dapat diatasi, saya yakin kualitas pendidikan di Indonesia akan semakin baik. Tapi kalau ini dibiarkan, mau kurikulumnya diganti atau bangunannya diperbaiki, tetap saja tidak akan ada efeknya karena nomor satu yang harus diperbaikin adalah manusianya,” katanya di Jakarta, Senin(16/12/2013).
Ia menyayangkan fokus utama pemerintah saat ini hanya membenahi masalah yang ada di hulu seperti kurikulum atau undang-undang, sementara masalah di hilir yaitu guru tidak tersentuh.
“Penyesuaian kurikulum memang penting, tapi yang lebih mendesak dan menjadi ujung tombaknya adalah menyelesaikan masalah-masalah terkait dengan guru. Karena kurikulum yang bagus bisa tidak ada artinya bila disampaikan oleh guru dengan sederetan masalah yang dihadapinya,” tegasnya.
Menurut dia besarnya jumlah penduduk muda Indonesia yang sering disebut sebagai bonus demografi bisa menjadi bom waktu. “Bayangkan jika jumlahnya banyak tapi tidak terdidik, itu akan menjadi bom waktu yang membahayakan bagi masa depan Indonesia,” ungkap dia.[as]
Sumber: Beritasatu.com