Oleh : Amich Alhumami
KITA semua mengakui perguruan tinggi
Islam merupakan salah satu aset yang sangat berharga dan telah memainkan
peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat serta memberikan sumbangan besar
dalam pembangunan bangsa. Salah satu sumbangan sangat berharga perguruan tinggi
Islam ialah memberikan layanan pendidikan bagi masyarakat, yang menghasilkan
orang-orang terpelajar dalam jumlah besar yang kemudian menjelma menjadi
kelompok kelas menengah.
Kalangan terdidik dari kelas
menengah muslim ini telah membentuk suatu lapisan sosial baru di dalam
masyarakat yang berperan penting dalam mendorong, bahkan menjadi penggerak
utama proses transformasi sosial budaya menuju masyarakat modern. Merekalah
yang secara konsisten menyuarakan gagasan-gagasan pembaruan dan mendorong
Indonesia berkembang menjadi bangsa yang maju, modern, dan bermartabat.
Transformasi kelembagaan
Peran perguruan tinggi Islam dalam
upaya memajukan masyarakat Indonesia bisa dilacak sejak masa awal kemerdekaan,
yakni pada 1950an ketika lembaga pendidikan tinggi Islam mulai didirikan
seperti Sekolah Tinggi Islam (STI), Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri
(PTAIN), dan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA), sampai kemudian berkembang
menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN).
Ketika IAIN mengalami perkembangan
pesat dan mampu menjadi lembaga pendidikan tinggi Islam yang maju dan modern,
beberapa di antaranya kemudian berubah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN),
seperti UIN Syarif Hidayatullah-Ciputat, UIN Sunan Kalijaga-Yogyakarta, UIN
Sultan Kasim-Pekanbaru, UIN Alauddin-Makassar, UIN Sunan Gunung Djati-Bandung,
UIN Ar-Raniry-Banda Aceh.
Transformasi IAIN menjadi UIN
memiliki makna penting yang bertujuan memenuhi tuntutan masyarakat dengan cara
memperluas dan mengembangkan bidang-bidang keilmuan umum. Setelah mengalami
transformasi kelembagaan, UIN kemudian mengembangkan programprogram studi umum:
sains dan teknologi, fisika, kimia, biologi, matematika, farmasi, teknik,
bahkan kedokteran dan kesehatan masyarakat.
Perkembangan mutakhir ini
sesungguhnya merupakan ikhtiar perguruan tinggi Islam untuk merespons tantangan
kemodernan, yang menuntut tersedianya sarjana-sarjana yang menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis. Dengan mengembangkan sains dan
teknologi, perguruan tinggi Islam sejatinya sedang berikhtiar untuk menemukan
kembali jangkar keilmuan yang pernah menandai masa keemasan Islam pada
abad-abad yang silam.
Sejarah mencatat, abad ke-8 sampai
ke-15 dunia Islam berhasil mengukir prestasi gemilang dalam pengembangan sains,
teknologi, dan filsafat, yang kemudian membawa pengaruh besar pada munculnya
zaman pencerahan di Eropa. Pada masa-masa tersebut, para ilmuwan muslim berhasil
membangun suatu tradisi intelektual dan mendominasi hampir semua cabang ilmu
pengetahuan. Bahkan masyarakat Barat berutang kepada ilmuwan muslim yang telah
menerjemahkan ke dalam bahasa Arab karya-karya para pemikir Yunani kuno di
bidang sains dan filsafat, yang kemudian diadopsi oleh bangsa Barat.
Melalui dunia Islam, mereka mendapat
akses untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan modern. Tak
mengherankan bila kita menjumpai banyak ilmuwan muslim yang berpengaruh besar
pada perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan di abad pertengahan seperti
AlRazi (kedokteran), Al-Haitham (teknik), Abul Abbas (botani), Omar Khayyam dan
Al-Bitruji (astronomi), atau Al-Khawarizmi (matematika). Bahkan istilah
algoritma atau aljabar diambil dari buku terkenal karangan Al-Khawarizmi
berjudul Al Jabr wa al-Muqabilah. Dalam konteks ini, perguruan tinggi Islam
jelas mem punyai tanggung jawab besar untuk menemukan kembali spirit pencarian
dan pengembangan ilmu pengetahuan, serta memelihara, menyebar, dan menumbuhkembangkan
warisan intelektual berupa karya-karya ilmiah dari para ilmuwan muslim
terdahulu.
Integrasi bidang keilmuan
Kita perlu menyambut gembira
inisiatif UIN untuk membuka program studi dan menawarkan bidang keilmuan di
luar kajian ilmu-ilmu keis laman seperti sains dan keteknikan. Namun, untuk
mendukung upaya pengembangan program studi baru tersebut, UIN harus memperkuat
kapasitas kelembagaan sejalan dengan perluasan mandat dalam pengembangan
keilmuan sebagaimana yang telah dirancang.
Dalam perspektif demikian, UIN
memiliki posisi penting dan strategis yang bertugas untuk menginte grasikan
bidang keilmuan umum (sains dan teknologi) dan ilmu-ilmu keislaman. Dengan
demikian, salah paham atau pandangan keliru yang selama ini berkembang di
masyarakat mengenai adanya pemisahan di antara kedua bidang keilmuan tersebut
secara perlahan dapat dihapuskan.
Untuk itu, UIN harus menjadi pelopor
lahirnya ilmuwan-ilmuwan baru yang mempunyai wawasan komprehensif dan integral,
bahwa ilmu pengetahuan itu sejatinya tidak bisa dipilah antara `ilmu sekuler’
yang berada di bawah otoritas perguruan tinggi umum dan `ilmu Islam’ yang
berada di bawah otoritas perguruan tinggi Islam. UIN diharapkan mampu
mengintegrasikan bidang-bidang keilmuan tersebut sehingga tak ada lagi dikotomi
di antara keduanya.
Lebih dari itu, UIN harus dikembang
kan menjadi universitas berkelas (center of excellence) sekaligus pusat
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang menjadi basis pembangunan
peradaban bangsa. Dalam hal ini, UIN bisa mencontoh dan merujuk, misalnya,
Universitas Iskandariyah di Mesir yang sangat masyhur i itu, karena menjadi
lembaga pendidikan tinggi berkualitas dengan tradisi akademik yang sangat
mengagumkan.
Peran IAIN/UIN
Seiring dengan makin berkembangnya
lembaga pendidikan tinggi Islam, pemerintah seyogianya terus mendorong agar
IAIN dan UIN dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga dapat memainkan
peran secara maksimal dalam pembangunan bangsa. Dalam konteks pembangunan
bangsa, pemerintah juga bisa menaruh harapan kepada perguruan tinggi Islam
paling kurang untuk tiga hal.
Pertama, menjadi institusi transmisi
ilmu pengetahuan dengan memadukan antara ilmu-ilmu keislaman, sains, dan
teknologi, yang memberi manfaat bagi masyarakat dan mendorong kemajuan bangsa
di masa depan.
Kedua, menjadi ujung tombak gerakan
pembaruan pemikiran Islam sebagai respons atas dinamika modernisasi, dengan
tetap berpijak pada tradisi dan khazanah pemikiran Islam klasik seperti anjuran
ulama klasik, `Al-Mukhafadhatu ala al-Qadim al-Shalih, wa al-Akhdu bi al-Jadid
al-Ashlah’, yang bermakna memelihara tradisi lama yang baik, mengambil
pemikiran baru yang lebih baik.
Ketiga, menjadi lembaga perantara
atau makelar budaya (cultural broker) guna memandu masyarakat menyongsong
perubahan sosial budaya agar tetap berada dalam bingkai Islam sehingga
masyarakat muslim dapat mengapresiasi modernitas zaman tanpa harus kehilangan
identitas keislaman.
Sumbangan penting
Disadari sepenuhnya bahwa peran perguruan
tinggi Islam sangat penting dan strategis bagi kemajuan bangsa umumnya dan
masyarakat muslim khususnya. Untuk itu, kita harus memperkuat landasan
pembangunan pendidikan tinggi Islam, terutama dalam hal menanamkan akhlak mulia
dan moralitas publik, serta memupuk etika kerja untuk mencapai prestasi tinggi
dan semangat meraih kemajuan. Nilai-nilai esensial ini penting diinternalisasi
oleh komunitas perguruan tinggi Islam.
Karena itu, insan-insan pengelola
lembaga pendidikan tinggi Islam dituntut untuk bekerja keras dalam meningkatkan
kualitas pendidikan tinggi sehingga umat Islam dapat memberi sumbangan berharga
dalam upaya mendorong kemajuan bangsa di masa depan. Sumbangan terpenting
kepada bangsa ialah ketika lembaga pendidikan tinggi Islam mampu melahirkan
sarjana-sarjana berkualitas sehingga dapat menjadi modal dasar bagi pembangunan
nasional.
Kita semua memberi penghargaan yang
tinggi atas sumbangan besar perguruan tinggi Islam dalam membangun pendidikan
bagi masyarakat dengan memberi perhatian dan berfokus pada penguatan nilai dan
budaya Islam serta pendalaman ilmu-ilmu keislaman. Masyarakat muslim memang
perlu memelihara warisan ilmu-ilmu keislaman yang demikian kaya dan perlu terus
dikembangkan untuk menjadi identitas dan karakteristik yang khas bagi perguruan
tinggi Islam. Namun, sejalan dengan kemajuan dan kemodernan, kita perlu
menyadari tuntutan masyarakat yang juga terus berkembang, yakni perlunya
membangun lembaga perguruan tinggi Islam, yang bukan hanya kuat di bidang
kajian keislaman, melainkan juga mampu mengembangkan sains dan teknologi.
* Amich Alhumami ;
Antropolog-Penekun Kajian Pendidikan; Bekerja di Direktorat Pendidikan,
Bappenas
Sumber: MEDIA INDONESIA, 04 November
2013